Stunting dan Ancaman Lost Generation

Advertisement

Juang Merdeka, Jateng – Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).

Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).

Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014).

Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan yangdikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Schmidt, 2014).

Stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (TNP2K, 2017). Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U mempunyai hasil Zscore – 3,0 SD s/d < -2,0 SD (pendek) dan Zscore <-3,0 SD (sangat pendek). Hasil pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) didapatkan dengan mengurangi Nilai Individual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, setelah itu hasilnya akan dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujuk (NSBR).

Perjalanan penanganan stunting di Blora telah berjalan cukup lama dan dilakuakn secara terus menerus. Upaya itu akhirnya menuai hasil ketika Kabupaten Blora mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah sebagai Terbaik I Kabupaten pelaksana 8 Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Tahun 2020.   Penghargaan ini selain sebagai penghargaan atas kinerja Pemkab dalam penanganan stunting juga berfungsi memacu semangat agar penanganan stunting kedepannya dilakuan dengan lebih baik lagi. Program yang telah dijalankan  Pemkab dan terbukti berhasil harus dapat diperthankan sambil dengan waspada melihat tantangan kedepan yang tentu berbeda dan bias jadi lebih besar.

Upaya penanganan stunting harus dilakukaan terus menerus mengingat pentingnya penanganan stunting sebagai bagian dari upaya untuk menghadang sebuah malapetaka demografis yang besar dalam bentuk “Lost generation”. ,  Istilah lost generation sering digunakan dalam bidang gizi dan kesehatan.  Akibat buruknya asupan gizi dalam rentang waktu tertentu, termasuk akibat makanan olahan dengan penyedap yang sangat disenangi oleh anak-anak usia sekolah, akan berdampak munculnya lost generation.

Ada banyak kesamaan antara gejala penyebab munculnya stunting dalam masyarakat dengan munculnya gejala lost generation. Sehingga upaya yang ditempuh untuk mengahadang keduanya dapat disinergikan. Salah satu sumber masalah tersebut adalah masalah ekonomi. Oleh karena itu upaya untuk mnghdang stunting sekligus lost generation adalah mngaitkannya juga dengan kebijakan yang lebih makro dalam perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Dalam perkembangannya sekarang ini,  istilah lost generation sering digunakan dalam bidang gizi dan kesehatan.  Akibat buruknya asupan gizi dalam rentang waktu tertentu, termasuk akibat makanan olahan dengan penyedap yang sangat disenangi oleh anak-anak usia sekolah, akan berdampak munculnya lost generation.

Upaya penanganan stunting harus dilakukaan terus menerus mengingat pentingnya penanganan stunting sebagai bagian dari upaya untuk menghadang sebuah malapetaka demografis yang besar dalam bentuk “Lost generation”. ,  Istilah lost generation sering digunakan dalam bidang gizi dan kesehatan.  Akibat buruknya asupan gizi dalam rentang waktu tertentu, termasuk akibat makanan olahan dengan penyedap yang sangat disenangi oleh anak-anak usia sekolah, akan berdampak munculnya lost generation.Salah satu upaya penanganan Stunting yang beririsan dengan penanganan Lost Generation adalah inisiatif No Lost Generation yang dijadikan role model ataupun standar panduan dalam dalam menempatkan prioritas-prioritas penanganan Lost generation.

Penulis : T. Sumarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *