Calon Ibu dan Persiapan Keluarga Tangguh

Advertisement

Juang Merdeka Jateng – Keluaga tangguh merupakan pilar ketahanan bangsa. Sebuah bangsa yang tangguh pasti disusun oleh keberadaan keluarga tangguh yang mampu menciptakan ketangguhan bangsa. Untuk menciptakan keluarga tangguh memerlukan kesiapan peran Ibu dalam membina arah rumah tangga. Oleh karena itu, konsep tentang keluarga tangguh sudah semestinya dimengerti oleh para calon ibu yang dalam hal ini tentu saja adalah para remaja putri yang mulai menginjak dewasa.

Dalam kesempatan melakukan sosialisasi pentingnya keluarga tangguh pada calon ibu di empat kecamatan di Kabupaten Blora yang dilakukan pada bulan Pebruari –Maret 2022 muncul sebuah diskursus tentang minimnya pengetahuan para remaja putri peserta soialisasi tentang beragam hal mengenai urgensi keluarga tangguh, pra syarat untuk memenuhinya serta bagaimana kesiapan seorang calon ibu baik secara fisik, mental maupun ekonomi.Belum lagi permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi yang masih merupakan tabu dan jarang sekali dibicarakan secara ilmiah.

Fenomena tersebut tentu menjadi hambatan dalam usaha membentuk keluarga tangguh. Pengetahuan tentang keluarga tangguh memerlukan proses internaliasai yang menyeluruh dan meluas serta kontinyu. Pernikahan sebagai pintu masuk bagi kehidupan keluarga merupakan peristiwa alamiah yang selalu akan terjadi, tetapi pengetahuan tentang keluarga tangguh memerlukan sebuah upaya yang sistematis baik menggunakan sarana-sarana yang bersifat formal melalui Dindalduk, Dinas Kesehatan dan jajarannya, Posyandu, sekolah.

Dapat juga melalui sarana yang informal seperti keluarga, acara-acara yang diinidsiasi oleh komunitas lokal maupun teman sebaya. Segala upaya tersebut penting semua di ruang sosial itulah para remaja putri calon ibu berproses dan melakukan sosialisasi. Sarana formal penting, tetapi ia mengalami keterbatasan waktu dan operasionalisasi kelembagaan.  Oleh karena itu perlu memaksimalkan saran yang bersifat informal, salah satunya melalui teman sebaya. Berdasarkan pertimbangan efektivitasnya maka peningkatan kualitas pengetahuan calon ibu tentang kesehatan reproduksi dapat menggunakan pendekatan teman sebaya sebagai salah satu sarana penyebarluasan informasinya.

Pengetahuan tentang keluarga tangguh tidak lepas dari pengetahuan tentang kesiapan remaja baik secara psikis maupun fisik. Khusus tentang masalah fisik, berkenaan dengan kesehatan reproduksi, internaslisai pengetahuan dan sosialisasinya mengalami hambatan karena  masih dianggap tabu. Karena tabu itulah maka proses transformasi pengetahuan yang bersifat antar generasi menjadi terhambat. Padahal kesehatan reproduksi meruapakan pengetahuan yang sangat penting sebelum seorang remaja putri memasuki jenjang pernikahan sehingga tidak terjebak dalam pernikahan dini yang merupakan salah satu hambatan terbesar dalam menciptakan keluarga tangguh.

Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama pada remaja. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang yang berusia 12 hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sebenarnya sudah dimulai pada masa ini. Secara sederhana, reproduksi berasal dari kata “re” yang berarti kembali dan “produksi” yang artinya membuat atau menghasilkan.

Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut, seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim. Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah tersebut pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada remaja merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi.Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.

Salah satu hal yang sering terjadi karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa remaja. Nyatanya peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual pada remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap risiko-risiko yang bisa menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut. Mulai dari ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu yang meningkat karena melahirkan di usia muda, hingga kematian remaja perempuan karena nekat mengambil tindakan aborsi.Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab. Terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal yang dapat merugikan.Pengetahuan seputar masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri saja. Sebab, anak laki-laki juga harus mengetahui serta mengerti cara hidup dengan reproduksi yang sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa memberi dampak merugikan pada remaja laki-laki pula. Pengetahuan dasar yang perlu diketahui remajameliputi :

  1. Pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi. Usahakanlah untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia dan kesiapan anak. Tapi sebaiknya hindari penggunaan istila-istilah tertentu yang malah bisa mengaburkan makna dan membuat anak tidak mengenal dengan pasti masalah reproduksi.
  2. Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa. Dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksi.

Kekerasan seksual dan cara meghindarinya. Remaja perlu dikenalkan dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara mencegahnya terjadi.

 

Penulis : Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *