Juang Merdeka Jateng – Gagasan pembangunan Kawasan Industri di Blora memang serasa mimpi. Berkaca pada pengalaman lain yang lebih kecil, misalnya usaha mendatangkan investor untuk mendirikan industri di Blora masih mengalami banyak kendala terutama dalam proses pencarian lahan.
Harga tanah pada lahan yang dituju tetiba melambung tinggi sehingga investor lari. Peristiwa investor lari seperti ini terjadi berkali-kali, maka sempurnalah kalau gagasan yang lebih besar seperti Kawasan Industri memang akan dianggap sebagai mimpi.
Tetapi, mimpi bagi kaum pengusaha justru menjadi asupan gizi untuk diolah menjadi energi positif dan membangkitkan adrenalin guna mewujudkan mimpi tersebut. Dengan cara mengelolanya secara profesional dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang sehingga secara rasional dan presisi memang dapat diwujudkan. Mimpi mewujudkan gagasan Kawasan Industri, dari sudut pandang pengusaha termasuk dalam posisi layak diperjuangkan.
Pertanyaannya, mengapa mimpi gagasan Kawasan Industri di Blora perlu diwujudkan ? Tawaran jawaban atas pertanyaan tersebut salah satunya adalah dengan menempatkan mimpi gagasan Kawasan Industri sebagai sebuah Opportunities Factor (faktor peluang) yang mempunyai kemungkinan berhasil diwujudkan. Setelah berhasil diwujudkan maka akan secara kontributif memberi sumbangsih bagi penyelesaian beberapa masalah ekonomis dan sosial demografis di Blora, sehingga Kawasan Industri memang perlu diwujudkan di Blora.
Dengan demikian ada tiga hal yang secara secara konseptual perlu dijelaskan. Ketiganya adalah konsepsi Opportunities Factor sebagai dasar teoritis bahwa Kawasan Industri berpeluang diwujudkan di Blora, pertimbangan kondisi Sosial-Ekonomi Blora sehingga Kawasan Industri sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi dan daya dukung beragam sumber daya strategis yang dimiliki Blora.
Ketiga faktor tersebut mempunyai koherensi yang kuat sehingga gagasan Kawasan Industri layak untuk diterima dan diperjuangkan secara sistematis atau terlembaga.
Opportunities Factor
Opportunities Factor dapat diartikan sebagai kesempatan dan kemungkinan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong program atau proses dalam dunia usaha maupun pembangunan oleh pemerintah.
Konsep Opportunities Factor merupakan mekanisme rasional untuk membuka selubung simbolik/konotatif dari kata mimpi tentang Kawasan Industri sehingga dapat menemukan makna denotatif/sebenarnya yang secara operasional dan rasional sangat mungkin diwujudkan.
Opportunities Factor adalah bagian dari analisis SWOT (digagas dan dipopulerkan oleh Albert Humphrey) yang sudah sangat familiar digunakan hampir diseluruh organisasi. SWOT adalah metode analisis perencanaan strategis yang digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi lingkungan perusahaan baik lingkungan eksternal dan internal untuk suatu tujuan program atau bisnis tertentu.
SWOT merupakan akronim dari kata: kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu program atau kebijakan baik untuk dunia usaha maupun pemerintahan. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT.
Opportunities Factor disini berposisi sebagai kombinasi faktor eksternal dan sumber daya internal yang merupakan ukuran standar dalam dunia usaha untuk melihat visibiltas sebuah kegiatan atau usaha layak untuk dijalankan.
Kawasan Industri sebagai Opportunities Factor mempunyai keterkaitan konsepsional dengan faktor lainnya, salah satunya adalah keterkaitan dengan faktor Kekuatan (strengths).
Kekuatan (strengths) yang dimiliki Blora menjadi peluang (opportunities) dibangunnya Kawasan Industri karena berbagai keuntungan yang akan didapatkan. Dalam gagasan Kawasan Industri di Blora salah satu keuntungan yang dapat dicapai dan akan berpengaruh bersar dalam jangka panjang adalah meningktnya pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat. Jika kedua hal tersebut meningkat maka akan mempunyai multiplier efek yang beragam dan panjang.
Kekuatan yang dimiliki dan akan menjadi daya dukung yang sangat strategis bagi keberadaan Kawasan Industri di Blora antara lain; Blora punya potensi migas yang besar, kemingkinan penggunaan lahan hutan sebagai kawasan industri, keberadaan Bandara Ngloram dan Double Track rel kereta api yang sangat startegis untuk distribusi logistik serta jalan nasional yang cukup memadai. Belum lagi kedekatan pintu tol (Ngawi dan Tuban) serta pemanfaatan sumber air dari Bengawan Solo.
Memang potensi-potensi tersebut pemanfaatannya secara otoritas tidak ditangan Pemkab tetapi berada ditangan pemerintah pusat. Memerlukan usaha yang marathon untuk mengomunikasikan penggunaaan potensi-potensi tersebut sebagai daya dukung yang sangat strategis bagi keberadaan Kawasan Industri di Blora. Mungkin selama ini faktor komunikasi inilah yang menjadi salah faktor kelemahan (weakness) dalam jangka panjang sehingga seakan-akan membenarkan bahwa gagasan Kawasan Industriu memang tak lebih dari sekadar mimpi.
Kelemahan komunikasi sebagian juga dapat disebabkan keraguan pada konsep yang ditawarkan, semakin kurang yakin pada kualitas konsep yang ditawarkan maka intensitas komunikasi yang dijalankan juga akan udah melemah. Oleh karena itu perlu inovasi pada konsep yang ditawarkan, sehingga menjadi lebih percaya diri ketika mengomunikasikannya dengan stake holder yang dibutuhkan.
Dalam kerangka opportunities factor, mimpi itu perlu diperjuangkan dengan tercapainya konvergensi/titik temu dari beragam stake holder yang berkaitan, menginstitusionalisasikan/melembagakan gagasan tersebut menjadi bagian Rencana Program Jangka Menengah Daerah dan perlu dibentuknya semacam lembaga kecil (semacam pokja) misalnya yang sanggup dan lincah untuk merancang tahapan-tahapan komunikasi, loby dan perencanaan regulasi yang dibutuhkan.
Sri Endahwati, ST (Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia/HIPMI Kabupaten Blora)