Juang Merdeka Jateng – Durasi kampanye yang singkat juga berpotensi menjadi problem Pilkada 2024. Implikasi teksnisnya berupa gangguan penyiapan logistic dan kuantitas serta kualitas konten kampanye yang sampai pada konstituen.
Implikasi singkatnya durasi kampanye
Singkatnya durasi kampanye juga menimbulkan problem baru, bahkan dalam dua dimensi sekaligus yaitu dimensi procedural dan dimensi substansial. Dimensi procedural berupa gangguan kesiapan pengadaan logistic dan distribusi logistic hingga ke TPS-TPS karena kualitas infrastruktur dan prasarana yang tersedia tidak semuanya berada dalam standard yang sama. Dimensi substansial berupa intensitas kampanye dalam kuantitas yang singkat akan berpengaruh terhadap kuntitas informasi yang diterima masyarakat dan secara kualitatif pengetahuan konstituen pada calon yang ada akan rendah karena ketakcukupan informasi yang diperoleh.
Memang ranah ini berada diluar ranah procedural pengawasan, tetapi secara etik beririsan dengan tujuan pengawasan itu sendiri yaitu public bisa menggunakan hak pilihnya dengan berkualitas sebagai pertanda bahwa demokrasi yang begitu mahal dijalankan pula secara berkualitas.
Dalam memahami fungsi kampanye sebagai proses transformasi dari calon kepada konstituen (baik transformasi tersebut berisi identitas, track record, visi, misi maupun program) maka kita bisa meminjam pendapat H. Simon tentang detail peristiwa di setiap tahapan kamapnye dan Patrick Jackson yang secara mendalam memberikan tujuan kampanye baik bagi calon maupun bagi konstituen. Kedua konsep yang diajukan memang tidak hanya berfungsi untuk actor/institusi politik saja tetapi bisa diadosi juga bagi kampanye dari berbagai lembaga untuk kepentingan banyak tema.
Menurut H. Simon dalam (Venus, 2018) terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan kampanye. Tahapan ini dibagi menjadi lima bagian, antara lain planning, mobilization, legitimation, promotion, dan activation. Dalam prakteknya, kelima aspek tersebut berjalan secara beriringan dan saling memengaruhi satu sama lain.
Tahapan Planning, Simon menjelaskan bahwa kegiatan kampanye dimulai dengan perencanaan, yang mencakup langkah-langkah seperti menetapkan tujuan, menganalisis audiens, mengevaluasi situasi, melakukan riset dan pengembangan, serta merancang strategi dasar.
Tahapan Mobilization, dalam tahap ini, sumber daya kampanye digerakkan untuk mendukung kelancaran dan efektivitas penyelenggaraan kampanye. Mobilisasi mencakup koordinasi penggunaan sumber daya manusia (pendukung) pelaksana kampanye, pemanfaatan sumber daya material, dan sumber daya komunikasi, termasuk pesan verbal dan nonverbal (seperti kata-kata, gambar, warna, dan angka), serta penggunaan saluran komunikasi (media sosial, media umum, dan media massa).
Tahapan Legitimation, sebuah langkah yang dianggap penting oleh Simon untuk kesuksesan atau efektivitas kampanye. Kesuksesan dan efektivitas sangat dipengaruhi oleh legitimasi program tersebut, yang melibatkan berbagai aspek terkait dengan kampanye. Legitimasi dapat berasal dari posisi atau status penyelenggara, dukungan, tujuan, dan kekuasaan atau kewenangan. Kampanye dianggap memiliki legitimasi ketika tujuannya baik dan bersifat kepentingan publik, serta tidak melanggar aturan atau norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kehadiran legitimasi juga dapat mengurangi potensi perlawanan atau protes terhadap ide atau program kampanye itu sendiri.
Tahap Promotion adalah promosi yang berkaitan dengan identitas dan kredibilitas penyelenggara kampanye. Kredibilitas penyelenggara kampanye, yang terbaca oleh konstituen dalam format track record, visi, misi dan program yang mampu meningkatkan kualitas hidup konstituen. Keseluruhannya memang bersifat konsepsi yang abstrak tetapi harus mampu memengaruhi dan menggerakkan konstituen karena apa yang diajukan oleh actor politik itulah yang diperlukan oleh konstituen dengan itu maka konstituen akan tergerak untuk memilihnya. Tahap promotion ini memainkan fungsi yang sangat penting karena didalamnya terdapat kepentingan untuk meningkatkan popilaritas dan terkonversikan secara kongruen dengan elktabilitas.
Durasi kampanye yang singkat, menyebabkan tahapan-tahapan kampanye tersebut tidak berjalan secara natural agar setiap tahapnya terselesaikan dengan wajar tetapi diakselerasikan sesuai durasi yang ada. Sehingga proses kampanye menajdi kurang mendalam secara konten dan kurang menarik secara koseptualnya. Tentu saja, akan kecil pengaruhnya terhadap konstituen sehingga konstituen secara tidak sadar akan terbudayakan dengan pengaryh factor lain dalam menentukan pilihan, dan celakanya factor itu adalah uang.
Adapun tujuan pelaksanaan kampanye dibentangkan oleh Patrick Jackson yaitu; Public Awareness, Offer Information, Public Education, Reinforce the attitude and behavior, Behavior dan Activation.
Public Awareness, kampaye dilakukan dalam upaya untuk menciptakan kesadaran publik terhadap pesan yang terkandung dalam kampanye tersebut. Offer Information menyediakan informasi mendalam tentang suatu program kampanye kepada individu yang memiliki minat atau keinginan untuk peduli merupakan praktik yang umum. Informasi ini dapat disampaikan melalui berbagai saluran, termasuk brosur, majalah, dan panduan. Selain itu, informasi juga dapat disampaikan oleh konsultan atau ahli yang memiliki keahlian dalam isu yang diperjuangkan dalam kampanye, serta melalui alokasi dana khusus kepada publik, komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang membutuhkan untuk melaksanakan program kegiatan kampanye dengan tujuan meningkatkan kesadaran sosial.
Public Education, kampanye dilaksanakan dengan tujuan mendidik masyarakat secara emosional, sambil tetap menjunjung tinggi prinsip etika. Hal ini dilakukan dengan dukungan dari materi kampanye yang komprehensif, berisi informasi lengkap, dan jelas mengenai tujuan dari suatu program. Reinforce the attitude and behavior, kampanye perlu memiliki kemampuan untuk memperkuat nilai-nilai atau mengubah perilaku audiens target kampanye melalui persetujuan dengan posisi yang diambil oleh pihak komunikator.
Behavior, modifikasi kampanye juga memiliki tujuan untuk mengubah atau memodifikasi perilaku audiens target dari yang kurang mendukung menjadi lebih mendukung. Activation, dimana tujuan kampanye pada akhir melibatkan perumusan rencana aksi yang rinci, pembentukan komitmen awal dari penyelenggara kampanye dan dukungan dari para pendukung hingga audiens target. Ini termasuk tindakan yang diterapkan untuk meresapi program kampanye hingga mencapai tingkat pengaruh yang diinginkan di kalangan audiens utama.
Singkatnya durasi kampanye menyebabkan terjadinya problem kedangkalan informasi yang terjadi karena intensitasnya rendah. Hal ini menyebabkan tidak sempurnanya proses internalisasi dalam diri pemilih .berdasarkan 5 tujuan kampanye dari Patrick Jackson dan 5 tahapan kampanye agar mencapai tujuan seperti apa yang diasampaikan H. Simon.
Penulis : Andyka Fuad Ibrahim ( Ketua Bawaslu Kabupaten Blora)