Revitalisasi Potensi Wisata di Kota Jati

Advertisement

Juang Merdeka, Jateng – Blora sebagai kabupaten di ujung timur Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur,  mempunyai beberapa “potensi unik” dan punya daya beda dengan daerah lain untuk dikembangkan sebagai obyek wisata andalan.

Hutan Jati yang merupakan separuh wilayah Blora sehingga sangat layak disebut sebagai Kota Jati, beberapa goa di perbukitan kapur/karst dan tentu saja bukit kapurnya itu sendiri serta beberapa waduk.

Dan yang tak kalah fenomenalnya adalah potensi arkeologi dan sejarah minyak yang keduanya sudah sangat dikenal di level internasional tetapi kurang dikembangkan secara maksimal. Atau bahkan ala kadarnya.

Memaksimalkan Potensi Wisata Hutan 

Hampir separuh luas wilayahnya didominasi oleh hutan, terutama pohon jati. Menakar potensi pariwisata di kabupaten Blora yang didominasi oleh hutan, kita perlu mengkualifikasikannya terlebih dahulu.

Dari aspek kekayaan alam kabupaten Blora memang tidak memiliki laut dan gunung.Akan tetapi demikian tidak menutup kemungkinan mejadi mandegnya pengembangan pariwisata di Blora.

Dengan mengetahui potensi Blora yang didominasi hutan. Kita dapat memfokuskan target yakni pemanfaatan hutan sebagai salah satu objek wisata yang dapat dikelola secara kolektif.

Dari informasi yang kita dapat memang hutan Blora mayoritas adalah hutan produksi, yang harusnya dapat memberikan sumbangan DBH untuk daerah. Namun sebagai orang yang tinggal di desa dekat hutan, dalam pengelolaannya cenderung ada ketidakjelasan.

Jika lahan perhutani digarap oleh masyarakat dalam istilahnya “persil” terjadi ketidakjelasan dalam sistem sewa dan pembayaran pajak hasil panen.

Ada praktek yang dibayarkan ketika panen, ada pula yang dibayarkan tiap tahun sekali kepada mantri hutan. Dan nominalnya pun berbeda-beda.

Harapan kami, konsep integrasi dan kemitraan bersama stakeholder yang berkaitan rasanya menjadi lebih mudah untuk diterapkan.
Misalnya dari beberapa OPD utamanya Dinas Pariwisata dapat bekerjasama dengan Perhutani dan lembaga lainnya dalam pengelolaan alam yang kita miliki.

Contoh kecil dari wujud dari kerjasama yang dapat kita lakukan adalah dengan mengelola spot wisata seperti bukit, waduk, goa dan objek lainnya yang kebanyakan letaknya dilahan masyarakat desa dan perhutani. Seperti bukit serut, pencu, goa terawang, waduk greneng dan lainnya.

Pada sisi lain, kenyataan yang kita ketahui masih banyak wisata yang ada di Blora hanya bersifat temporer, seolah tidak adai nilai sustainability dalam merawat obyek wisata yang ada. Sehingga kontinuitas jumlah pengunjung mengalami penurunan.

Promosi yang kita lakukan cenderung klasik dan bersifat formal. Seperti memposting di website, media sosial dan penawaran-penawaran melalui lembaga formal ditingkat yang lebih tinggi.

Dirasa perlu adanya inovasi dalam strategi pemasaran yang harus kita tingkatkan melalui media yang lain.

Sebelum kita mencoba inovasi-inovasi baru, perlu mengakomodir wisata yang kita maksimalkan dalam pemasaran. Sehingga kita mempunyai target wisata apa yang nantinya menjadi icon kabupaten Blora, sehingga dapat menarik wisatawan lokal maupun dari luar.

Beberapa hal yang perlu diupayakan dalam pemasaran antara lain.

1. Bekerja sama dengan influencer/pegiat sosial media untuk memposting wisata yang ditargetkan
2. Memanfaatkan tempat pelayanan publik seperti stasiun dan terminal dengan menampilkan display/tampilan wisata di Blora melalui layar digital maupun cetak seperti pamflet dan lain sebagainya
3. Mendigitalisasi masing-masing obyek wisata secara masif dan konsisten dengan membuatkan akun/media sosial secara profesional.
4. Menyediakan event secara berkala di tempat-tempat wisata yang ditargetkan.

5. Berbagi peran antara wisata yang dikembangkan oleh masyarakat dengan yang mungkin dikembangkan oleh Pemkab,. Bagaimanapun kedepannya Pemkab memang harus mengambil peran lebih untuk melakukan percepatan pengembangan wisata Blora. Dan bila perlu Pemkab mempunyai BUMD bidang wisata yang tidak mungkin dikembangkan oleh masyarakat.

Dengan beberapa strategi tersebut kiranya akan lebih mudah meningkatkan pariwisata yang berbasis potensi alam, sejarah dan arkeologi di kabupaten Blora.

Maskot Sebagai Simbol untuk Strategi Konsolidasi dan Branding Pilkada

Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pilkada 2024

 

Penulis : Muhammad Taufiqurrahman Niam  (Ketum HMI Cabang Blora)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *