Juang Merdeka Jateng – Elektabilitas Cagub Sudaryono mengalami kenaikan setidaknya dengan membandingkan hasil survei bulan Maret dengan bulan Mei 2024. Elektabilitas merupakan faktor penting baik bagi kandidat maupun bagi konstituen.
Elektabilitas dapat dimaknai sebagai tingkat keterpilihan kandidat yang terkait dengan proses pemilu. Elektabilitas dapat mempengaruhi tingkat keterpilihan dengan menyesuaikan pada kriteria pilihan dari pemilih. Elektabilitas bersifat dinamis bergantung pada faktor internal dan eksternal. Juga adanya momentum yang dapat berpengaruh naik dan turunnya elektabilitas.
Tingkat elektabilitas merupakan suatu keberhasilan kandidat untuk memperoleh tingkat keterpilihan tersebut, masing-masing pasangan calon harus mampu membuat para pemilih paham akan visi dan misinya dalam suatu program. Kandidat juga harus mampu menampilkan pada publik mengenai nilai-nilai atau kualitas, pengaruh Iklan dan Personal Branding.
Personal branding memainkan peran penting untuk menyosialisasikan siapakah si kandidat, apa keunikannya, apa kehebatannya sehingga ia banyak disukai dan dicintai oleh lingkungan. Sebab mereka adalah calon pemimpin publik untuk masyarakat, tentu mereka membutuhkan elektabilitas tinggi.
Dari tingkat elektabilitas yang bersifat dinamis tersebut menunjukkkan salah satunya adalah melejitnya elektabilitas Cagub Sudaryono. Ada kenaikan elektabilitas yang signifikan dari Cagub Sudaryono dari survei yang dilakukan bulan Maret dengan dua bulan berikutnya yaitu bulan Mei.
Pada bulan Maret hasil survey tingkat elektabilitas secara berurutan sebagai berikut, yaitu Hendrar Prihadi , K.H. Muhammad Yusuf Chudlori, Dico Ganinduto , Sudaryono, dan Taj Yasin.
Urutan tersebut berdasarkan hasil survei ARCHI Research and Strategy, Jumat, 29 Maret 2024. Dalam data survei tersebut Hendrar Prihadi (Hendi) berhasil meraih tingkat elektabilitas sebesar 23,21%. Sedangkan nama lain seperti K.H. Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) berada di peringkat kedua dengan raihan 16,07%, lalu disusul Dico Ganinduto 13,39%, Sudaryono 10.71%, Taj Yasin 7,14%, Bambang Wuryanto (Bambang Pacul 6,25%, Sudirman Said 5,36%, dan 17,86% belum menentukan pilihan.
Dari hasil survei bulan Mei ternyata terjadi perubahan signifikan, terutama pada tiga nama teratas yang mengalami perubahan. Tiga nama yang menguat berdasarkan rilis bulan Mei adalah Hendrar Prihadi, Sudaryono, Taj Yasin. Diikuti dua nama berikutnya yaitu Dico ganinduto dan Ahmad Luthfie.
Data tersebut berdasarkan hasil survei Indonesia Development Monitoring (IDM) dan Lembaga survei Indeks Data Nasional (IDN).
Indonesia Development Monitoring (IDM) kembali menggelar survei untuk memetakan kekuatan para calon Gubernur Jawa Tengah pada Pilkada 2024. Hasilnya, Cagub Sudaryono mendapat elektabilitas 19,9 persen, bersaing ketat dengan eks Walikota Semarang Hendrar Prihadi dengan elektabilitas 20,6 persen.
Survei dilaksanakan pada 1-12 Mei 2024, dengan mewawancarai 1.988 responden secara tatap muka yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Survei menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin of error ±2,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Lembaga survei Indeks Data Nasional (IDN) merilis hasil survei terkait Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) 2024. Hasilnya, Hendar Prihadi, Sudaryono dan Taj Yasin Maimoen bersaing ketat.
Direktur Eksekutif IDN Syifak Muhammad Yus menjelaskan survei IDN terkait Pilgub Jateng 2024 ini digelar pada 5 hingga 12 Mei 2024 dengan melibatkan 800 responden. Ada enam nama yang muncul tertinggi yaitu Hendrar Prihadi 19,6% di posisi puncak, disusul Sudaryono 15,7%, Taj Yasin Maimoen 14,9%, Dico Ganinduto 9,9%, Yusuf Chudlori 9,2% dan Ahmad Luthfi 8,6%,” ucap Syifak.
Tingkat elektabilitas sangat dinamis
Tingkat elektabilitas memberikan penjelasan penting bagi kandidat maupun konstituen, termasuk dalam pilgub Jateng.
Penelitian yang dilakukan Sondakh (2009) menyumbangkan beberapa temuan, pertama, pengaruh elektabilitas politik pada calon anggota legislatif di kalangan pemilih pemula karena faktor popularitas kandidat, baru kemudian, diikuti oleh faktor kompetensi kandidat, identitas kepartaian, dan kedekatan pada kandidat.
Kedua, popularitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi elektabilitas kandidat yang belum populer. Akan tetapi, pada kandidat yang telah populer, kompetensi menjadi variabel yang memiliki kontribusi besar mempengaruhi elektabilitas kandidat.
Ketiga, untuk pemilih di Indonesia masih termasuk kategori pemilih tradisional, hal yang dapat dilihat dari kontribusi pengaruh paling besar terhadap elektabilitas partai diberikan oleh identitas kepartaian, baru kemudian diikuti oleh faktor popularitas kandidat lebih besar dari pada kandidat dari partai yang sudah lama.
Menurut Asep Warlan Yusuf bahwa elektabilitas tinggi tidak akan berarti apa-apa kalau tidak ada faktor pendukung lain yaitu dukungan partai, data survei partai, serta kebijakan partai yang secara hierarki, umumnya harus ditentukan oleh pengurus di tingkat pusat masing-masing partai.
Fenomena kenaikan elektabilitas Cagub Sudaryono memberikan penjelasan bahwa hal tersebut sebagian disebabkan oleh kerja-kerja politik yang dilakukan untuk menggalang dukungan melalui lobi dan sosialisasi dari Timses dan Cagub Sudaryono itu sendiri.
Faktor-faktor lain seperti apakah kemenangan Prabowo-Gibran juga berpengaruh terhadap kenaikan tersebut memang memerlukan pendalaman berikutnya. Asosiasi simbolis pada ketokohan Prabowo dan Jokowi memang bisa menjadi keuntungan bagai Cagub Sudaryono. Hasilnya partai-partai koalisi dalam pilpres kemarin telah merapat dan ada sinyal kuat memberikan dukungan, terutama dari Partai Demokrat dan PAN.
Komunikasi yang dinamis dari Cagub Sudaryono dan Timnya ternyata juga berhasil memikat Partai kebangkitan Bangsa yang mulai memberikan tanda-tanda merapat. Apalagi dalam dua pilkada sebelumnya koalisi itu juga pernah terjalin.
Efek dari naiknya elektabilitas Cagub Sudaryono setidaknya dalam dua periode survei tersebut akan berpengaruh besar terhadap formasi koalisi dalam pilgub jika dapat dipertahankan terus kenaikan elektabilitasnya.
Penulis : Tim redaksi