Juang Merdeka Jateng – Karena pentingnya pengetahuan keluarga tangguh bagi calon ibu maka diperlukan sebuah pola internalisasi pengetahuan tentang beragam hal. Dengan keluarga tangguh maka akan lahir generasi dengan SDM yang unggul. SDM Unggul ini tidak hanya soal kepintaran, tetapi berkaitan dengan karakter.
Berbicara pendidikan dan karakter maka sudah seharusnya semuanya dimulai dari keluarga. Sebab, mencetak SDM unggul yang berkarakter tidak hanya saat duduk di bangku pendidikan, tetapi sejak dari keluarga.
Dalam keluarga peran Ibu sangat strategis untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas sehingga pengetahuan tentang hal tersebut dapat disosialisasikan dan diinternalisasikan kepada para calon ibu. Agar komunikasi dalam kedua proses tersebut menjadi efektif maka pendfekatan komunikasi antar teman sebaya layak untuk dijadikan salah satu pmodel yang dapat digunakan.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam komunikasi.Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik.
Komunikasi Efektif merupakan proses yang menjadi dasar pertama memahami hakikat manusia. Dikatakan sebagai proses karena ada aktivitas yang melibatkan peranan banyak elemen atau tahapan yang meskipun terpisah-pisah. Namun semua tahapan ini saling terkait sepanjang waktu.
Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajarmengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.
Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
Proses komunikasi akan efektif apabila komunikator melakukan perannya, sehingga terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, dimana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, dan terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.
Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa Interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang ada di dalamnya memainkan peran secara aktif. Sedangkan teman sebaya adalah remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. (Santrock, Remaja, Hal. 55)
Teman sebaya adalah tempat memperoleh informasi yang tidak didapat di dalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan tempat kedua setelah keluarga yang mengarahkan dirinya menuju perilaku yang baik serta memberikan masukan (koreksi) terhadap kekurangan yang dimilikinya, tentu saja akan membawa dampak positif bagi remaja yang bersangkutan.
Menurut Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan hubungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja, dimana melalui hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang simetris, (dalam Desmita, 2005 : 220).
Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagianbesar waktunya dihabiskan untuk bergaul atau berhubungan dengan teman-teman sebaya mereka. Dalam suatu investigasi ditemukan bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya 10 % dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun. 20 % pada usia 4 tahun dan lebih dari 40 % pada usia antara 7-11 tahun. (Santrock, 1998).
Teman Sebaya sebagai model komunikasi efektif
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar.
Sullivan (dalam Santrock, 2003:220) menyatakan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Dalam buku lain, Hurlock (2006) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik oleh kelompoknya. Manfaat tersebut yaitu individu memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial serta mampu menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
Peran Kelompok Teman Sebaya dalam Kehidupan Remaja Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang, yaitu : Berperan terhadap pandangan dan perilakunya, sebab pada usia ini remaja sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
Kelompok teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti tersebut ditemukannya dalam kelompok teman, karena mereka saling dapat membantu dalam persiapan menuju kemandirian emosional yang bebas dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan batin dan konflik sosial. model teman sebaya juga berperan dalam memberikan persepsi, sebab remaja merasa dirinya tidak dianggap mampu abila berada dekat orang tuanya atau orang dewasa pada umumnya, karena kurang pengalaman, lemahnya pribadi dan kurangnya usia.
Hal tersebut menyebabkan remaja menjauh dari orang tua, sebab ia tidak mau dianggap anak-anak lagi, kendatipun ia masih suka bermain dan bersenang-senang. Akan tetapi bila ia berada di tengah-tengah teman sebaya, ia tidak akan merasa dianggap mampu baik dari segi fisik maupun mental.
Aspek-aspek interaksi teman sebaya Partowisastro (1983:224) merumuskan aspek-aspek interaksi teman sebaya sebagai berikut: pertama, keterbukaan individu dalam kelompok Yaitu keterbukaan individu terhadap kelompok dan penerimaan kehadiran individu dalam kelompoknya. Hal ini tampak pada interaksi kelompok teman sebaya di sekolah.Keterbukaan remaja dapat dilihat dari bagaimana remaja tersebut bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebayanya di sekolah.
Kedua, kerjasama individu dalam kelompok Yaitu keterlibatan individu dalam kegiatan kelompoknya dan bagaimana remaja mampu memberikan ide bagi kemajuan kelompoknya serta saling berbicara dalam hubungan yang erat. Kerjasama dalam kelompok pada remaja dapat dilihat dari keaktifan remaja dalam mengikuti kegiatan atau organisasi di sekolah .
Ketiga, frekuensi hubungan individu dalam kelompok Yaitu intensitas individu dalam bertemu anggota kelompoknya. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan remaja dalam berbagai kegiatan dan organisasi di masyarakat.
Mengingat pentingnya fungsi teman sebaya dalam proses transformasi nilai, pengetahuan dan gagasan di lingkup remaja maka perlu untuk memaksimalkan fungsinya juga dalam mensosialisasikan pngetahuan tentang beragam dimensi keluarga tangguh. Terutama tentang pengetahuan-pengetahuan yang krusial seperti kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini.
Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama pada remaja. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang. Untuk itu pengetahuan tentang penjagaan kesehatan reproduksi sangat dperlukan oleh para calon ibu sebagai modal dasar membangun sebuah keluarga tangguh.
Peran Kelompok Teman Sebaya dalam Kehidupan Remaja Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar.
Mengingat pentingnya fungsi teman sebaya dalam proses transformasi nilai, pengetahuan dan gagasan di lingkup remaja maka perlu untuk memaksimalkan fungsinya juga dalam mensosialisasikan pngetahuan tentang beragam dimensi keluarga tangguh. Terutama tentang pengetahuan-pengetahuan yang krusial seperti kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini.
Untuk mengefektifkan transformasi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pendekatan teman sebaya pemantiknya dapat melalui penyebarlusan pengetahuan di sekolah-sekolah. Dengan cara itu maka guru dapat turut mengarahkan dan membantu memberikan pengertian yang benar tentang pentingnya kesehatan reproduksi sebagai modal para remaja dalam membicarakan masalah-masalah tersebut dengan lingkup teman sebayanya.
Penulis : Tim Redaksi