Mutasi
-
Sastra
Peti Mati Mutasi
Juang Merdeka Jateng – Mutasi jabatan itu begitu mengobsesinya. Pikiran, perasaan dan seluruh urat nadinya dikerahkan untuk mengejar, mendapatkan, dan mempertahankannya. Semata-mata menahtakan ambisinya. Tak ada hati nurani, tak ada rasa malu, tak ada persahabatan jika itu menjadi perintang jalan menuju kekuasaan yang dikejarnya. “Antarkan aku ke tempat itu segera, secepatnya !” mata Yonan berkilat merah. “Tapi Pak, bukankah sebentar lagi Bapak harus memimpin rapat ?” Kadi si sopir berusaha mengingatkan Yonan. “Perintahkan Huda untuk memimpin rapat!” Yonan rupanya sudah tidak peduli lagi. Baginya kantor yang dipimpinnya terasa sudah menjadi seperti cangkang telur yang sudah tidak berisi. Kosong, hampa dan yang paling penting anggarannya sangat minim. Kantor yang sama sekali tidak basah. Tak cukup mampu membiayai gaya hidup dan ambisinya. Apalagi semenjak sekretarisnya, Fara dipindah tugas ke kantor dinas lain yang lebih besar. Maka di kantor dinas yang dipimpinnya sekarang tak ada lagi daya tariknya sama sekali. Keputusannya bulat, ia harus pindah menjadi kepala dinas di kantor lain yang lebih basah. Tekadnya mengeras seperti batu dan membara seperti api. Musim pilkada yang setaunan lagi datang membuat kesempatan itu terbuka lebar. Tiga hal yang harus ia siapkan, dukungan politik pada calon yang tepat, pembiayaan kampanye dan…jalan spiritual. Yonan sudah menyiapkan dana…
Read More »