Trending

Gas Desa SMPN 1 Tunjungan

Advertisement

Juang Merdeka, Blora – Tradisi Gas Desa kembali digelar oleh SMPN 1 Tunjungan. Tema yang diusung pada tahun ini adalah Amerti Bawana Angreksa Budaya Amrih Kuncaraning Bangsa, pada Sabtu, 21/06/2025.

“Gas Desa kali ini bertepatan dengan penerimaan raport siswa kelas VII dan VIII ,” kata Parjo selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Tunjungan dalam sambutannya.

Para penari Jaranan bergerak lincah pukau ratusan penonton (JM/ts)

Kepala Sekolah yang juga Pengurus PGRI Kabupaten Blora ini menambahkan bahwa acara Gas Desa kali ini sebagai hasil kegiatan P5.

“Para siswa menyajikan  gelar karya.  Kelas 8 melakukan gelar karya kearifan lokal berupa pentas budaya dan kelas 7 gelar karya berupa kuliner berbahan dasar singkong,” tambahnya lagi.

Baca Juga:  Upacara Pembukaan Persami dalam Rangka Penerimaan Anggota Baru Gudep 04.79-04.80 Pangkalan SMPN 1 Tunujungan
Tim Rampak Barongan SMPN 1 Tunjungan (JM/ts)

“Monggo bapak ibu silakan menikmati sajian yang kita tampilkan dan nglarisi produk kuliner siswa,” pungkasnya di akhir sambutan.

Acara yang diawali dengan Kenduri dan pemotongan tumpeng. Kemudian diikuti dengan berbagai pentas seni khas Blora yang disajikan oleh para siswa.

Tari Tayub khas Blora, luwes ditampilkan para siswa (JM/td)

Para siswa menampilkan Tari Tayub, Rampak Barongan, Tari Bujangganong, Tari Jaranan serta Tari Gendruwon.

Kemeriahan Gas Desa di SMPN 1 Tunjungan diiringi dengan rancaknya gamelan pengiring dari Siswa Laras. Tim Karawitan ini beranggotakan para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Karawitan.

Baca Juga:  Upacara Pembukaan Persami dalam Rangka Penerimaan Anggota Baru Gudep 04.79-04.80 Pangkalan SMPN 1 Tunujungan
Gerak dinamis dari para penari Bujangganong (JM/ts)

“Pentas kali ini merupakan  gabungan dan kolaborasi antar kelas,” terang Sela Arganata sebagai koordinator kegiatan. (ts)

6 Comments

  1. Menurut pendapat pribadi saya, tradisi Gasdeso (Sedekah Bumi) di SMP N 1 Tunjungan adalah sebuah perayaan yang sangat istimewa dan kaya akan makna budaya, serta memiliki relevansi yang kuat dengan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur Jawa. Lebih dari sekadar sebuah pesta panen yang meriah, Gasdeso merupakan ungkapan syukur yang mendalam dan tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rezeki yang telah dilimpahkan kepada kita semua, terutama hasil bumi yang melimpah ruah. Saya melihat Gasdeso sebagai sebuah momentum yang sangat penting untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar seluruh warga sekolah, mulai dari para siswa, guru, karyawan, hingga masyarakat sekitar yang turut berpartisipasi. Semangat gotong royong dan kebersamaan sangat terasa dalam setiap persiapan dan pelaksanaan acara yang sakral ini, menciptakan suasana yang hangat, akrab, dan penuh dengan kekeluargaan yang erat.

    Saya sangat mengagumi bagaimana SMP N 1 Tunjungan mampu melestarikan tradisi Gasdeso yang berharga ini dengan melibatkan seluruh warga sekolah, terutama para siswa sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini merupakan cara yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang luhur kepada generasi muda, sehingga mereka tidak hanya mengenal, tetapi juga mencintai dan melestarikan warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Selain itu, Gasdeso juga menjadi ajang yang sangat baik untuk menampilkan kreativitas dan potensi siswa dalam berbagai bidang seni dan budaya, seperti seni tari tradisional, musik gamelan, dan kerajinan tangan khas daerah. Ini adalah kesempatan yang sangat berharga bagi mereka untuk mengembangkan diri dan menunjukkan bakat yang dimiliki kepada masyarakat luas.

    Saya percaya bahwa tradisi Gasdeso memiliki nilai edukasi yang sangat tinggi, mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur atas nikmat yang diberikan, berbagi dengan sesama yang membutuhkan, dan menjaga kelestarian alam sebagai sumber kehidupan. Melalui Gasdeso, kita diingatkan untuk selalu menghormati bumi sebagai ibu pertiwi yang telah memberikan kita kehidupan dan menjaga keseimbangan ekosistem agar tetap lestari. Saya sangat berharap tradisi Gasdeso di SMP N 1 Tunjungan dapat terus dilestarikan dan dikembangkan dari tahun ke tahun, serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk menghidupkan kembali tradisi-tradisi lokal yang memiliki nilai-nilai positif dan luhur. Gasdeso adalah identitas kita sebagai bangsa Indonesia, warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan dengan sepenuh hati untuk generasi mendatang.

  2. Berikut komentar saya tentang berita Gas Desa SMPN 1 Tunjungan:

    1. Bagus sekali bahwa SMPN 1 Tunjungan melestarikan budaya lokal lewat kegiatan seperti Gas Desa.

    2. Tema “Amerti Bawana Angreksa Budaya Amrih Kuncaraning Bangsa” sangat tepat untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan identitas budaya.

    3. Penjadwalan kegiatan ini bersamaan dengan penerimaan raport murid kelas VII dan VIII memberikan makna ganda: refleksi hasil belajar sekaligus perayaan budaya.

    4. Keterlibatan siswa kelas VIII dalam gelar karya kearifan lokal pentas budaya menunjukkan bahwa sekolah memberi ruang pada kreativitas dan apresiasi budaya.

    5. Kegiatan kuliner berbahan dasar singkong yang dilakukan oleh siswa kelas VII menarik dan punya nilai edukatif—mengajarkan cara melihat potensi bahan lokal.

    6. Pentas seni seperti Tari Tayub, Rampak Barongan, Tari Bujangganong, Tari Jaranan dan Tari Gendruwon sangat kaya—ini memperlihatkan keanekaragaman budaya Blora yang layak dipertahankan.

    7. Kehadiran tim Karawitan sebagai pengiring menunjukkan bahwa seni musik tradisional juga mendapat pengakuan—tidak hanya tari, tapi juga musik sebagai bagian integral.

    8. Kolaborasi antar kelas (VII dan VIII) dalam kegiatan ini membantu menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai antar siswa.

    9. “Kenduri dan pemotongan tumpeng” sebagai buka acara sangat bagus sebagai simbol rasa syukur dan kekompakan.

    10. Acara ini juga bisa menjadi media pengenalan kepada generasi muda tentang warisan budaya yang mungkin mulai terlupakan.

    11. Selain aspek budaya, kegiatan kuliner juga bisa mengasah keterampilan praktis siswa, seperti memasak, pemasaran produk sederhana, kreativitas dalam memilih bahan dan penyajian.

    12. Ada sisi pembelajaran kewirausahaan kecil di situ: produk kuliner siswa di-“nglarisi” (dipromosikan) kepada orang tua dan pengunjung.

    13. Kepala sekolah dan pengurus PGRI tampil aktif, ini menunjukkan komitmen pimpinan sekolah untuk mendukung kegiatan non-akademik yang bermanfaat.

    14. Siswa yang terlibat dalam ekstra-kurikuler Karawitan mendapat kesempatan bersinar, hal ini positif untuk pengembangan bakat dan kepercayaan diri mereka.

    15. Acara semacam ini bisa membantu meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap budaya lokal Blora, yang pada akhirnya menjaga kelestariannya.

    16. Harapannya, partisipasi siswa tidak hanya sebagai penampil, tapi juga dalam perencanaan dan penyelenggaraan agar mereka mendapat pengalaman kepemimpinan.

    17. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah dokumentasi (foto, video) agar kegiatan ini bisa didokumentasikan untuk media dan bisa menjadi contoh baik bagi sekolah lain.

    18. Juga perlu evaluasi: apa dampak kegiatan ini terhadap kepercayaan diri siswa, pemahaman budaya lokal, serta apresiasi dari masyarakat sekitar.

    19. Ada potensi untuk memperluas kegiatan Gas Desa ini ke orang tua dan masyarakat umum agar makin terasa efeknya dalam pelestarian budaya.

    20. Secara keseluruhan, kegiatan ini sangat positif dan inspiratif. Semoga tradisi semacam ini terus berlanjut dan makin berkembang, membawa manfaat tidak hanya bagi sekolah tetapi juga masyarakat Blora lebih luas.

  3. Sedekah Bumi di SMP Negeri 1 Tunjungan tahun ini benar-benar meriah! 🌾🎉
    Sejak pagi suasana sekolah sudah ramai dengan hiasan yang penuh warna.
    Semua warga sekolah terlihat antusias mengikuti rangkaian acara.
    Yang paling menarik perhatian tentu saja pertunjukan seni tari yang ditampilkan oleh para siswa.
    Tariannya beragam, mulai dari tari tradisional Jawa sampai tari kreasi modern.

    Gerakan para penari terlihat anggun dan kompak, bikin semua penonton kagum.
    Kostum yang dipakai juga indah, warna-warni dan sesuai tema adat tradisional.
    Setiap kelompok tari menampilkan ciri khas masing-masing, ada yang menampilkan tari Gambyong, ada juga yang menampilkan tari daerah lain.
    Musik gamelan yang mengiringi membuat suasana semakin terasa sakral dan berkesan.
    Guru-guru pun ikut bangga melihat penampilan murid-muridnya.

    Selain tari tradisional, ada juga pertunjukan seni musik dan drama pendek.
    Acara ini jadi ajang unjuk bakat bagi siswa-siswi SMP Negeri 1 Tunjungan.
    Penonton, baik dari kalangan siswa, guru, maupun warga sekitar, tampak menikmati setiap penampilan.
    Bahkan beberapa orang tua ikut datang untuk melihat putra-putrinya tampil.
    Momen ini menjadi bentuk rasa syukur bersama atas hasil bumi dan rezeki yang diberikan Tuhan.

    Sedekah Bumi bukan hanya tentang upacara adat, tapi juga melestarikan budaya.
    Dengan adanya acara ini, siswa jadi lebih mengenal kesenian tradisional dan pentingnya gotong royong.
    Kegiatan ini juga mempererat kebersamaan antarwarga sekolah dan masyarakat sekitar.
    Setelah semua pertunjukan selesai, suasana ditutup dengan doa bersama dan makan tumpeng.
    Semua orang pulang dengan senyum karena acara berjalan lancar dan penuh kesan.
    Sedekah Bumi SMP Negeri 1 Tunjungan tahun ini benar-benar jadi momen yang tidak terlupakan.

  4. 1. Sedekah bumi adalah tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

    2. Acara ini biasanya diselenggarakan setelah musim panen tiba.

    3. Masyarakat percaya bahwa sedekah bumi dapat membawa berkah dan keselamatan.

    4. Tradisi ini dilakukan dengan mengumpulkan hasil bumi seperti padi, buah, sayur, dan lauk-pauk.

    5. Hasil bumi tersebut kemudian didoakan bersama-sama.

    6. Setelah doa, makanan akan dibagikan kepada warga sebagai simbol kebersamaan.

    7. Sedekah bumi sering diiringi dengan pertunjukan kesenian tradisional.

    8. Contoh kesenian yang ditampilkan antara lain wayang kulit, kuda lumping, atau gamelan.

    9. Dalam tradisi ini, masyarakat juga membersihkan makam leluhur.

    10. Tujuannya untuk menghormati jasa para pendahulu.

    11. Sedekah bumi biasanya dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh desa.

    12. Upacara ini juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga desa.

    13. Setiap keluarga biasanya ikut serta dengan membawa makanan atau hasil kebun.

    14. Nilai utama dalam sedekah bumi adalah kebersamaan dan gotong royong.

    15. Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dan terus dilestarikan hingga kini.

    16. Sedekah bumi juga dipercaya sebagai cara menjaga keseimbangan dengan alam.

    17. Beberapa daerah menambahkan ritual arak-arakan atau karnaval budaya.

    18. Acara ini sekaligus menjadi hiburan bagi masyarakat pedesaan.

    19. Sedekah bumi mencerminkan kearifan lokal yang penuh makna.

    20. Hingga sekarang, tradisi ini tetap dijaga agar tidak hilang ditelan zaman.

  5. Gasdeso di SMP Negeri 1 Tunjungan merupakan program yang sangat bermanfaat bagi siswa, guru, dan masyarakat sekitar.
    Kegiatan ini mengajak semua warga sekolah untuk lebih peduli terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan.
    Saya melihat siswa-siswi menjadi lebih aktif dalam menjaga kebersihan kelas dan halaman sekolah.
    Selain itu, Gasdeso juga menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama, karena setiap orang ikut berperan.
    Program ini bukan hanya sekedar kegiatan amal, tapi
    Guru-guru memberikan contoh nyata dengan ikut membersihkan lingkungan bersama siswa.
    Hal itu membuat suasana kerja bakti menjadi lebih menyenangkan dan kompak.
    Lingkungan sekolah terlihat jauh lebih rapi dan asri setelah kegiatan Gasdeso dilaksanakan.
    Kegiatan ini juga menanamkan nilai gotong royong yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
    Dan
    Selain membersihkan sekolah, Gasdeso juga mengajak warga sekitar sekolah untuk ikut peduli lingkungan.
    Ini menjadi contoh baik bahwa sekolah dan masyarakat bisa bekerja sama menjaga lingkungan desa.
    Dengan adanya Gasdeso, saya merasa SMP Negeri 1 Tunjungan semakin menjadi sekolah yang bersih dan sehat.
    Kegiatan ini bisa mengurangi sampah plastik dan membuat udara lebih segar.
    Selain itu, Gasdeso juga menambah keakraban antar siswa karena mereka bekerja sama tanpa membedakan kelas.
    Para siswa jadi lebih peka terhadap masalah lingkungan di sekitar mereka.
    Saya berharap kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan secara rutin, misalnya sebulan sekali.
    Gasdeso juga menyediakan pengalaman
    Program ini patut dijadikan contoh bagi sekolah lain di Kabupaten.
    Secara keseluruhan, Gasdeso di SMP Negeri 1 Tunjungan adalah langkah positif untuk menciptakan sekolah yang ramah lingkungan dan penuh rasa kebersamaan.

    Apakah kamu mau saya ubah gaya bahasanya supaya lebih santai atau lebih formal, misalnya seperti untuk tugas sekolah resmi?

    Anda bilang:
    Buatlah komentar tentang gasdeso di smp negri 1 Tunjungan minimal 30 kalimat
    ChatGPT sebagai:
    Berikut contoh komentar tentang Gasdeso (Gerakan Sadar Desa dan Sekolah) di SMP Negeri 1 Tunjungan dengan minimal 30 kalimat. Kamu bisa menyalin atau menyesuaikannya sesuai kebutuhan tugas:

    Gasdeso di SMP Negeri 1 Tunjungan adalah kegiatan yang sangat bermanfaat bagi seluruh warga sekolah.
    Program ini mengajarkan siswa untuk peduli pada kebersihan lingkungan sekolah dan desa sekitar.
    Setiap kegiatan Gasdeso selalu melibatkan guru, siswa, dan juga masyarakat sekitar.
    Hal tersebut menunjukkan kerja sama yang baik antara sekolah dan warga desa.
    Kegiatan ini biasanya dimulai dengan apel singkat sebelum semua peserta membersihkan lingkungan.
    Siswa-siswi membawa peralatan kebersihan seperti sapu, pengki, dan kantong sampah.
    Dengan cara itu mereka bertahan
    Gasdeso membuat halaman sekolah menjadi lebih bersih dan indah dipandang.
    Dengan
    Program ini juga melatih siswa untuk disiplin waktu karena harus hadir tepat jam yang ditentukan.
    Guru-guru pun ikut memberikan contoh dengan bekerja bersama siswa tanpa membedakan peran.
    Semua peserta tampak bersemangat karena merasa memiliki tanggung jawab bersama.
    Kegiatan seperti ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan gotong royong yang sangat penting.
    Gasdeso juga memberi edukasi tentang cara memilah sampah organik dan anorganik.
    Siswa belajar bahwa menjaga kebersihan bukan hanya tugas petugas kebersihan.
    Mereka juga
    Lingkungan sekolah setelah Gasdeso terlihat lebih hijau dan rapi.
    Tumbuhan di taman sekolah pun terawat karena disiram dan dipangkas bersama.
    Program ini menambah kesadaran bahwa alam harus dijaga agar tetap lestari.
    Saya melihat banyak siswa yang awalnya malas jadi lebih rajin setelah ikut Gasdeso.
    Mereka jadi terbiasa membuang sampah pada tempatnya bahkan di luar kegiatan ini.
    Selain kebersihan, kegiatan ini mempererat persahabatan antar siswa lintas kelas.
    Mereka bekerja sama tanpa memandang apa pun
    Gasdeso juga membuat hubungan guru dan siswa lebih akrab.
    Kebersamaan ini menciptakan suasana sekolah yang lebih harmonis.
    Masyarakat sekitar sekolah pun ikut merasa senang karena lingkungannya ikut bersih.
    Beberapa orang tua bahkan ikut bergabung membersihkan area luar sekolah.
    Ini menjadi contoh nyata bahwa sekolah dan masyarakat bisa saling mendukung.
    Saya berharap Gasdeso terus dilakukan secara rutin setiap bulan.
    Jika dijalankan secara konsisten, sekolah akan selalu bersih dan sehat.
    Secara keseluruhan, Gasdeso di SMP Negeri 1 Tunjungan adalah program positif yang patut ditiru oleh sekolah lain.

  6. Tentu, berikut adalah pendapat pribadi tentang tradisi Gasdeso (Sedekah Bumi) di SMP N 1 Tunjungan dengan sudut pandang yang berbeda:

    Menurut pandangan saya, tradisi Gasdeso (Sedekah Bumi) di SMP N 1 Tunjungan adalah sebuah perwujudan nyata dari semangat kebersamaan dan kepedulian sosial yang mendalam. Lebih dari sekadar ritual tahunan, Gasdeso adalah cermin dari nilai-nilai gotong royong yang telah lama menjadi identitas masyarakat Jawa, khususnya di Tunjungan. Saya melihat Gasdeso sebagai momen refleksi yang sangat berharga, di mana seluruh warga sekolah, dari siswa hingga staf pengajar, bersama-sama merenungkan arti pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam.

    Saya terkesan dengan bagaimana SMP N 1 Tunjungan berhasil mengintegrasikan tradisi Gasdeso ke dalam kurikulum pendidikan. Ini bukan hanya sekadar kegiatan ekstrakurikuler, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, kerjasama, dan rasa cinta terhadap lingkungan. Para siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap tahapan persiapan dan pelaksanaan Gasdeso, mulai dari mengumpulkan hasil bumi, membuat dekorasi, hingga menampilkan kesenian tradisional. Proses ini memberikan mereka pengalaman yang tak ternilai harganya, serta memperkuat rasa memiliki terhadap budaya lokal.

    Saya percaya bahwa tradisi Gasdeso memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata budaya yang unik dan menarik. Dengan sentuhan inovasi dan kreativitas, Gasdeso dapat dikemas menjadi sebuah festival yang lebih meriah dan inklusif, yang tidak hanya melibatkan warga sekolah, tetapi juga masyarakat luas, wisatawan lokal, bahkan mancanegara. Ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, serta mempromosikan SMP N 1 Tunjungan sebagai sekolah yang peduli terhadap pelestarian budaya dan pengembangan potensi lokal. Saya berharap SMP N 1 Tunjungan dapat terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjadikan Gasdeso sebagai ikon budaya yang membanggakan bagi Tunjungan dan sekitarnya. Gasdeso adalah investasi kita untuk masa depan yang lebih baik, warisan budaya yang harus kita jaga dan kembangkan dengan penuh semangat dan dedikasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *