Produksi Batik Jiwit, Gerakan Swadhesi Ala SMPN 1 Tunjungan

Advertisement

Juang Merdeka, Jateng – Batik Jiwit turut dipopulerkan oleh SMPN 1 Tunjungan dengan menjadikannya seragam batik sekolah yang diproduksi sendiri oleh siswa. Meskipun dalam skala yang kecil, gerakan penggunaan seragam batik Jiwit ini dapat dianggap sebagai bentuk gerakan Swadhesi.

“Ini tahun ke lima sejak kita mulai mengenalkan dan menggunakan seragam batik Jiwit di sekolah kami,” ungkap Parjo selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Tunjungan, pada, Sabtu, 12/10/2024.

Dua siswa tengah melakukan kegiatan tahap Jiwit dan Mewarnai dalam pembuatan Batik Jiwit di SMPN 1 Tunjungan (JM/tm)

“Batik Jiwit ini pernah kita ikutkan gelar karya P5 di Dinas Pendidikan dan dapat sambutan antusias dengan hasil penjualan yang lumayan,” tambah kepala sekolah yang hoby mendaki gunung ini.

Lebih lanjut Parjo menambahkan bahwa ketika pihak luar sekolah saja antusias dan memberikan apresiasi yang bagus maka makin menguatkan penggunaan batik Jiwit kreasi sendiri untuk seragam sekolah sendiri.

“Gerakan kemandirian yang mirip-miriplah dengan gerakan Swadhesinya Mahatma Gandhi. Para siswa yang menjalankan produksi itu tidak kerja bakti juga, ya adalah uang lelahnya sebagai apresiasi atas kreasi mereka,” pungkasnya.

Dalam pantauan penulis, beberapa siswa memang tengah sibuk memproduksi batik Jiwit di indoor sekolah.

Para siswa dipandu oleh dua guru pembimbing yaitu Wiwin Puspitowati dan Tia Suharto.

“Produksi hari ini untuk memenuhi permintaan dari kelas VIII. Karena sebagian baju batik mereka sudah kekecilan dan adapula yang rusak,” terang Wiwin yang juga mengajar Prakarya dan Kesenian ini.

Proses pembuatan batik Jiwit memang terbilang membutuhkan waktu yang singkat.

“Kita mulai dengan mencelupkan kain di water gloss, proses mnjiwit, lalu mewarnai. Setelah warna diperkirakan meresap kemudian kain batik tersebut diangin-amginkan dan diusahakan tidak terkena sinar matahari langsung,” papar Tia Suharto, guru yang mendampingi proses mnjiwit dan mewarnai.

“Setelah kering kemudian dibilas dua kali sehingga warnanya itu muncul dengan terang,” tambah guru IPS alumni UMS ini.

“Jika sudah dibilas kemudian dijemur lagi, besok pagi kain-kain ini sudah bisa disetrika dan dilakukang packing. Yang sudah-sudah sih sampai tiga tahun warnanyaadih bagus dan tidak mbladhus,” pungkas Tia Suharto yang akrab dipanggil Nu Tia ini.

 

Penulis : T. Sumarta.

Editor : Murtapha, A.L

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *