Juang Merdeka,Jateng – Kamis, 18 Juli 2024 menjadi hari yang bersejarah untuk Sudaryono saat dilantik menjadi Wamentan di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo. Perubahan arah yang drastis dari proses pencalonan Gubernur Jateng menjadi Wamentan dikupas dalam wawancara eksklusif di TVONE pada, Sabtu, 3/08/2024.
Berikut petikan wawancara dengan Wamentan yang dilakukan di Kantor Wamentan mulai pukul 19.30 WIB.
“Kalau yang maju ketua partai, itu ada efeknya,” paparnya
Pencalonan sebagai Gubernur menjadi bagian yang baik untuk pembinaan partai, penguatan struktur partai, menyemangati kader partai. Sebagai ketua partai di Jateng menjadi lebih dikenal baik sebagai tokohnya maupun dari partainya.
“Ada keuntungan secara politis,” tandasnya.
Setelah Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden sejumlah agenda besar menjadi fokus utamanya seperti kedaulatan pangan, kedaulatan energi, pertahanan dan makan siang bergizi gratis.
“Menjadi gubernur jalan yang baik, menjadi teknokrat sebagai wakil menteri juga jalan yang baik,”
Sudaryono sebagai kader Gerindra menyadari bahwa pada ujungnya harus ke mana dalam pilihan-pilihan politik itu adalah kewenangan Prabowo Subianto yang mempunyai otoritas untuk menentukan.
Sebelum menjadi Wamentan, selain sebagai ketua partai, tetapi Sudaryono juga aktivis yang konsen pada UMKM, pada pasar tradisional, dan pertanian.
Sehingga seluk beluk dan dinamika dunia pertanian sudah cukup dikenalnya.
“Saya bina organisasi Tani Merdeka yang tadinya ada di Jawa Tengah sekarang ada di seluruh propinsi, kita advokasi petani,” tambahnya.
Oleh karena itu ia juga memiliki pengalaman dan pemahaman yang cukup mendalam tentang persoalan-persoalan mendasar, termasuk dalam bidang pertanian.
“Kita juga kirim petani ke Atambua, kita latih dengan metode Tani Nusantara,” tambahnya.
Tani Nusantara yang ada di Atambua, NTT memang terkenal dengan pengembangan sistem bertani dengan tanpa menggunakan pupuk kimia.
“Jadi tidak ujug-ujug dari langit kita, kita tugas jadi ini (Wamentan),” kelakarnya.
Pengalaman ketika ditugaskan untuk mencoba menjadi calon Gubernur Jateng oleh partai memberikan kesan mendalam termasuk kedekatan dengan pendukung dan relawan.
“Saya cukup surprise sebenarnya, dalam waktu kurang dari empat bulan sudah bisa bounding, bisa dekat dan sedalam itu dengan banyak orang,” ungkapnya.
Kalau ada yang kecewa, mangkel, nangis karena tidak jadi ikut pilgub ada juga yang sami’ na waatho’na adalah wajar.
Sudaryono juga mengakui untuk memindahkan dukungan pada calon lain bukan hal mudah. Mereka bukanlah seperti bebek yang sekali diberi kode akan langsung nurut semua.
“Kita lakukan pendekatan, kita kasih penjelasan. Saya yakin rasa cinta itu tidak akan mudah hilang,”ungkapnya pada akhir wawancara.