Juang Merdeka Jateng – Keberhasilan pembangunan manusia menurut United Nation Development Program (UNDP) diukur dengan beberapa parameter, dan paling terkenal saat ini adalah Indeks Pembangunan Mausia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI). Indeks Pembangunan Manusia merupakan tolak ukur dalam pencapaian pembangunan manusia yang lebih berkualitas. Ada tiga dimensi dasar sebagai acuan untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia yaitu meliputi umur panjang dan hidup yang sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup yang layak (desent standart of living).
Apabila mengukur dimensi hidup yang layak dapat menggunakan indicator kemampuan ekonomi dari daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita dalam pencapaian hidup yang layak. Kondisi Sosial Pembangunan manusia senantiasa berada di baris terdepan dalam perencanaan pembangunan. Karena hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia.
Indikator yang biasa digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan manusia dalam meningkatkan kualitas hidupdan kesejahteraan manusia salah satunya adalah Indeks PembangunanManusia (IPM). Dimana komponen IPM terdiri atas Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah, dan
Pengeluaran Perkapita yang disesuaikan, sebagaimana tabel di bawah ini. Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Blora selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. IPM merupakan indeks komposit yang menggambarkan kualitas pembangunan manusia dari sisi kesehatan, pendidikan dan daya beli.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa derajat kesejahteraan penduduk Kabupaten Blora semakin membaik. Tingkat pengeluaran riil per kapita per bulan penduduk Kabupaten Blora, yang merupakan proxy daya beli penduduk (purchasing power parity) juga mengalami peningkatan. Peningkatan pengeluaran riil penduduk merupakan sinyal yang baik guna mencapai tujuan pembangunan yaitu tercapainya masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Kabupaten Blora yang berumur 15 tahun atau lebih pada tahun 2020 berjumlah sekitar 702 ribu orang, dari jumlah tersebut penduduk yang dikategorikan sebagai angkatan kerja berjumlah 489,6 ribu. Dari jumlah kelompok angkatan kerja, diperoleh
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,26 persen. Untuk Tingkat Partisipasi . Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun yang sama tercatat sebesar 71,81 persen. TPAK menunjukkan besarnya pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia pada suatu periode tertentu.
Kebijakan Pembangunan Kependudukan meliputi lima aspek penting, yaitu : Pertama, berkaitan dengan kuantitas penduduk (jumlah, struktur dan komposisi, laju pertumbuhan, pesebaran). Kedua, berkaitan dengan kualitas penduduk (status kesehatan dan angka kematian, tingkat pendidikan, angka kemiskinan). Ketiga, berkaitan dengan mobilitas penduduk (tingkat migrasi yang mempengaruhi persebaran penduduk antar wilayah, antar pulau, antar perkotaan dan perdesaan). Keempat adalah data dan informasi penduduk. Kelima adalah penyerasian kebijakan kependudukan. Potensi Lost Generation memungkinkan melanda setiap daerah. Oleh karena itu strategi pencegahan harus mempunyai tingkat akurasi yang baik agar efektif sebagai sebuah strategi. Pencegahan harus difokuskan pada factor ataupun gejala yang potensial berpeluang terjadi di daerah tersebut. Ancaman lost generation di kabupaten Blora paling mungkin muncul karena factor kemiskinan yang disebabkan oleh terbatasnya lapangan kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja setiap tahunnya. Untuk mencptakan lapangan kerja yang baru maka inventarisasi potensi yang ada harus dilakukan. Penyerapan tenaga kerja pada akhirnya akan berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan kesejahteraan.
Potensi Lost Generation memungkinkan melanda setiap daerah. Oleh karena itu strategi pencegahan harus mempunyai tingkat akurasi yang baik agar efektif sebagai sebuah strategi. Implementasi pencegahan lost generation perlu dirumuskan dalam bentuk kebijakan pembangunan kependudukan yang secara langsung dapat memperbaiki kualitas tenaga kerja sehingga berimplikasi pada kenaikan penghasilan dan meningkatnya kesejahteraan hidup.
Dengan demikian prioritas pencegahan lost generation dapat difokuskan pada peningkatan kaulitas tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja dapat menyesuaikan potensi geografis serta kekayaan sumber daya lam yang dimiliki sebgi sebuah keuntungan dan keunggulan komparatif. Pencegahan lost generation di kabupaten Blora dapat berpijak pada rumusan konsep diatas. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat potensi terbesar terjadinya lost generation di kabupaten Blora berasal dari factor kemiskinan yang disebabkan keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan. Poetensi munculnya lost generation disebabkan factor kemiskinan sehingga usaha pencegahannya difokuskan pada peningkatan kaulitas tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja.
Penulis : Tim Redaksi