Pembangunan Kependudukan Cegah Lost Generation di Blora

Advertisement

Juang Merdeka Jateng –   Lost generation penyebabnya terkait dengan gizi, kesehatan, sosial, politik dan pendidikan. Beberapa peneyebab lost generation yang disebabkan kondisi social dan politik meliputi kemiskinan, perang, konflik social, kriminalitas yang tinggi bahkan akibat penyalahgunaan narkoba. Lost generation berdampak penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam satu generasi akibat penurunan kualitas fisik, kecerdasan atau intelligence quotient (IQ), mental/psikis, sosial dan spritual.

Berdasarkan pemetaan factor penyebab lost generation diatas serta pola penyelesaiannya maka dapat dipetakan prioritas pecegahan sesuai kondisi yang ada. Bagi kabupaten Blora lost generation berpotensi muncul karena factor kemiskinan yang beririsan dengan rendahnya kualitas gizi. Faktor kemiskinan disebabkan oleh tingkat pendidikan, rendahnya kualitas tenaga kerja serta terbatasnya ketersediaan lapangan kerja.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dirumuskan kebijakan pembangunan kependudukan yang secara langsung dapat memperbaiki kualitas tenaga kerja sehingga berimplikasi pada kenaikan penghasilan untuk memangkas tingkat kemiskinan.

Pembangunan kependudukan.

Tujuan akhir suatu pembangunan yaitu kesejahteraan rakyat, karena manusia bukan hanya merupakan obyek pembangunan tetapi diharapkan bias menjadi subyek, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kemajuan wilayah yang secara makro menjadi kemajuan suatu Negara.         Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu produktifitas, kesinambungan dan pemberdayaan. Produktifitas penduduk harus tingkatkan. Produktifitas dan partisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.  Kesinambungan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui. Pemberdayaan dapat terwujud ketika secara terbuka masyarakat dapat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan nasib mereka. Produktifitastenaga kerja di Blora sebagian bergantung pada kadaan geografis dan potensi alam yang dimilikinya.

Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111o 16’ Bujur Timur sampai dengan 111o 338’ Bujur Timur dan antara 6o 528’ sampai dengan 7o 248’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.820,59 km2. Wilayah Kabupaten Blora diapit oleh jajaran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan, dengan ketinggian antara 25 meter sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Blora memiliki luas wilayah sebesar 182.058,797 hektar terdiri atas lahan sawah luas sekitar 45.948,191 hektar atau 25,24 persen dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 74,76 persen. Lahan sawah yang ada di Kabupaten Blora sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sekitar 29.522,191 hektar atau 64,25 persen. Lahan sawah dengan pengairan tehnis sekitar 7.449 hektar atau 16,21 persen, lahan sawah dengan pengairan ½ tehnis sekitar 967 ha atau 2,10 persen, lahan sawah dengan pengairan sederhana 4.114 ha atau 8,95 persen, serta lahan sawah dengan pengairan desa 1.640 ha atau 3,57 persen sedangkan sisanya merupakan lahan sawah P2AT 2.256 ha atau 4,91 persen.Perkembangan di lapangan, lahan sawah dari tahun ke tahun terus mengalami pengurangan. Alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan bukan sawah cukup mengkhawatirkan, terutama terkait dengan program swasembada pangan.

Blora dikenal sebagai wilayah agraris yang punya potensi untuk dikembangkan. Mulai dari potensi pertanian padi palawija dengan luas sawah dan tegalan, potensi hasil hutan dengan luasnya hutan, maupun potensi wisata dengan alamnya yang hijau dan berbukit. Potensi-potensi tersebut bisa dikembangkan sebagai sumber-sumber ekonomi baru. Untuk bisa mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru diperlukan analisis potensi wilayah, dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai kategori maupun subkategori ekonomi di wilayah tersebut.

Kategori ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong kategori-kategori ekonomi lain untuk berkembang. Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa kategori unggulan adalah kategori yang memiliki keunggulan komparatif (comparatif advantages) dan keunggulan kompetitif (competitive advantages) dengan produk kategori sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar.

Kabupaten Blora yang berumur 15 tahun atau lebih pada tahun 2020 berjumlah sekitar 702 ribu orang, dari jumlah tersebut penduduk yang dikategorikan sebagai angkatan kerja berjumlah 489,6 ribu.  Dari jumlah kelompok angkatan kerja, diperoleh Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dimana pada tahun 2018 tercatat sebesar 3,26 persen. Untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun yang sama tercatat sebesar 71,81 persen. TPAK menunjukkan besarnya pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia pada suatu periode tertentu.

Sumbangan / share Nilai Tambah Bruto lapangan usaha terhadap total Nilai Tambah Bruto atau PDRB, disebut sebagai Distribusi PDRB. Distribusi PDRB menggambarkan struktur ekonomi yang ada di suatu wilayah. Semakin tinggi distribusinya, berarti semakin besar peranan lapangan usaha/kategori tersebut sebagai penyumbang ekonomi wilayah dan sebaliknya.

Seiring perjalanan waktu, akibat perubahan factor internal maupun eksternal, seperti perubahan teknologi, keberadaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta perubahan orientasi kebijakan pemerintah maupun perubahan ekonomi nasional maupun internasional, akan sangat berpengaruh terhadap perubahan tiap kategori ekonomi. Akibatnya, output tiap kategori akan berbeda satu dengan yang lainnya, akibatnya distribusi kategori ekonomi dalam komposisi PDRB juga mengalami pergeseran atau perubahan.

Untuk melihat besarnya sumbangan masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB digunakan PDRB adh berlaku. Secara makro, ekonomi Blora ditopang oleh empat kegiatan ekonomi utama, dilihat dari share nilai tambah masing-masing kategori/lapangan usaha terhadap PDRB. Yang pertama adalah lapangan usaha

Pertambangan Penggalian dengan share terhadap PDRB di tahun 2018 adalah sebesar 25,24 persen. Yang kedua lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan share terhadap PDRB di tahun 2018 tercatat sebesar 22,91 persen. Yang ketiga adalah lapangan usaha Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi usaha

Pertambangan Penggalian tetap menempati urutan pertama penyusun PDRB Kabupaten Blora. Nilai tambah bruto kategori ini, tidak hanya output dari usaha pertambangan dan penggalian, tetapi termasuk juga kajian (topografi, geologi, geofisika dan geokimia), pengeboran/eksplorasi, pengambilan contoh, dan aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan kelangsungan usaha komersial atas penambangan sumber daya mineral. Lapangan usaha ini memberikan andil terhadap

PDRB sebesar 25,24 persen, lebih tinggi dari kategori Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang tercatat memiliki share sebesar 22,91 persen. Meskipun punya share cukup besar terhadap PDRB, tetapi dalam penyerapan tenaga kerja relatif kecil (dibandingkan kategori dominan yang lain).

Akibatnya perannya dalam mendorong roda ekonomi di Kabupaten Blora belum begitu tampak. Kondisi ini kemungkinan terjadi karena output murni yang dihasilkan kegiatan tersebut dibawa keluar dan sebagian besar output tersebut tidak dinikmati oleh masyarakat lokal atau masyarakat di Kabupaten Blora secara umum. Di tahun yang sama, sumbangan kategori Pertanian Kehutanan dan Perikanan tercatat sebesar 22,91 persen, sharenya turun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 23,40 persen.

Dalam lima tahun terakhir distribusi kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan cenderung turun, kecuali di tahun 2015. Kondisi ini menggambarkan kalau kategori pertanian sepertinya sudah berada dipuncak pelana, artinya kecenderungan untuk meningkatkan outputnya secara massif cukup sulit, dimana salah satunya dipengarungi oleh luas lahan pertanian yang kian lama kian menyusut, walaupun teknologi pertanian dalam beberapa tahun ke depan kemungkinan akan terus berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *