Juang Merdeka, Jateng- Pada saat ini, pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan model pembelajaran yang paling mengemuka dalam Kurikulum Merdeka. Inti dari pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang memfasilitasi kodisi siswa yang terdiferensiasi (terbedakan) berdasarkan beberapa hala seperti; gaya belajar, kemampuan dan capaian gaya belajar serta produk pembelajaran. Tujuannya adalah agar siswa mendapatkan layanan belajar sesuai kondisinya sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Sebagai guru Pendidikan Agama Islam, pembelajaran berdiferensiasi tersebut juga termasuk model pembelajaran yang perlu diterapkan. Namun sebelum diterapkan ada baiknya mebninjau pembelajaran berdiferensiasi tersebut dari sudut pandang nilai keislaman. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran berdiferensiasi tersebut mempunyai landasan dan keselarasan dengan nilai-nilai keislaman.
Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan dan memerintahkan penganutnya untuk memiliki ilmu pengetahuan adalah adanya dalil yang menjelaskan tentang perintah untuk menuntut ilmu bagi setiap muslim.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Salah satu keutamaan yang dijanjikan Allah bagi umat muslim yang mau berupaya dalam mencari ilmu dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam harus dijalankan dengan sebaik-baiknya dengan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan memberikan kemanfaatan yang besar bagi si penuntut ilmu. Dalam hal menuntut ilmu, Islam juga memberikan kesempatan yang sama tanpa membedakan-bedakan siapapun karena pada dasarnya keragaman manusia juga merupakan sunatullah.
Salah satu dasar bahwa keragaman adalah sunatullah seperti yang tertuang dalam surat Al Hujurat ayat 13 mengandung pelajaran bagi semua muslim. Pelajaran ini bahkan bisa diterapkan seluruh manusia yang tidak beragama Islam.
Berikut bacaan surat Al Hujurat ayat 13
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Keberagaman manusia, bisa berasal dari berbagai sudut pandang, misalnya; Ras/warna kulit, suku, agama, pendidikan bahkan bisa juga keberagaman yang berasal dari kondisi psikologis manusia yaitu keberagaman gaya belajar. Keberagaman gaya belajar inilah yang pada saat ini sedang menjadi pijakan lahirtnya pembelajaran yang lebih berkeadilan bagi keberagam,an yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Tujuan pembelajaran berdiferensiasi adalah agar siswa dengan gaya belajar berbeda mendapatkan layanan sesuai gaya belajarnya sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif untuk mencapai tuajuannya.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.
Menurut Sugiyanto pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Singkatnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar.
Penting untuk dicatat, bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang lain tidak karena siswa tersebut memiliki pengetahuan yang sama sekali baru dengan topik tersebut.
Selain itu, beberapa orang siswa juga memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik dan lebih cepat jika ia mendengarkan penjelasan gurunya secara langsung atau melalui audio, sedangkan beberapa orang siswa lagi dapat belajar secara efektif apabila ia berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan beberapa orang siswa lainnya harus menghabiskan waktunya untuk membaca sendiri guna mendapatkan pengetahuan secara utuh dan lebih lengkap. Selain itu, kita juga mungkin memiliki anak-anak yang senang belajar dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok kecil, sementara beberapa anak lainnya lebih suka belajar secara mandiri.
Ada empat faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan pembelajaran yang berbeda ini, yakni: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar.
Faktor Konten pembelajaran isinya adalah materi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat dibedakan dalam beberapa cara. Pertama, siswa memiliki tingkat penguasaan atau pengetahuan yang berbeda terhadap suatu mata pelajaran. Beberapa orang siswa mungkin tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang materi pelajaran itu, beberapa orang siswa mungkin memiliki pengetahuan secara parsial, dan beberapa orang siswa lainnya mungkin telah menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran itu.
Dalam proses pembelajaran perlu didahului dengan eksplorasi dan validasi gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda. Ada pembelajar visual, auditori, dan kinestetik. Seorang pembelajar visual tentu dapat dengan mudah memperoleh pengetahuan baru melalui representasi visual dari topik pelajaran tertentu. Di sisi lain, pembelajar auditori akan lebih mampu memahami topik secara lebih baik, ketika ia mendengarkan melalui audio atau penjelasan lisan dari guru. Sedangkan pembelajar kinestetik, seorang siswa akan lebih cepat memahami ketika ia dapat berpartisipasi secara fisik dalam proses pembelajaran.
Faktor Produk pembelajaran melibatkan metode yang digunakan oleh guru dalam mengetahui tingkat penguasaan materi atau bahan ajar dari setiap siswa. Untuk mengetahui penguasaan materi itu, seorang guru dapat melakukannya dengan cara melakukan tes, meminta siswa untuk menuliskan laporan tentang topik-topik berdasarkan materi pelajaran, dan lain-lain.
Faktor lingkungan belajar merupakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan pembelajaran mereka dan lingkungan belajar yang dapat merusak pembelajaran mereka. Lingkungan belajar yang tenang dan kondusif akan mampu meningkatkan hasil belajar, sedangkan lingkungan belajar yang bising akan dapat mengurangi konsentrasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Selain itu penting juga untuk dipahami, pada saat mempertimbangkan faktor kontekstual untuk meningkatkan pembelajaran berdiferensiasi ini, maka desain ruang kelas harus diatur sedemikian rupa dan fleksibel untuk mendukung kerja kelompok dan kolaborasi, serta untuk mendorong dan memfasilitasi para siswa yang lebih suka bekerja secara individual dan sendiri-sendiri.
Penulis : Titi Suprih Miwantara, S.Pd. I (Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Tunjungan)