Juang Merdeka, Jateng – Sejarah Lokal menurut Taufik Abdullah (1996) adalah sejarah dari suatu tempat, suatu locality, yang batasannya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.Penulis mempunyai kebebasan menentukan batasan penulisannya, apakah dengan skope geografis, etnis, yang luas atau sempit.
Sejarah lokal bersifat elastis, bisa berbicara mulai hanya mengenai suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis, suku bangsa, yang ada dalam satu daerah atau beberapa daerah.
Integrasi Sejarah Lokal (1): Sejarah Lokal Yang Terpinggirkan
Integrasi Sejarah Lokal (3): Strategi dan Landasan Integrasi dalam Pembelajaran
Penulisan Sejarah Lokal memiliki makna penting baik untuk kepentingan akademis maupun pembangunan masyarakat.
Terutama kepentingan masyarakat dalam memelajari pengalaman masa lalu nenek moyangnya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Allan J Ligthman (1978:169) “… local history conducted for their own sake, local history conduct to test hypotheses about broader jurisdictions, usually nation states, and local history that focus on understanding the process by which communities grow and develop. Although analytically distinct, in actual practise these lines frequently crisscross and run together”
Dalam seminar Sejarah Lokal 17-20 September 1984 di Medan, telah dikemukakan lima tema pokok sebagai acuan penulisan sejarah lokal seperti yang dikutip Kuntowijoyo (2003:145)
1.Dinamika masyarakat pedesaan
2.Pendidikan sebagai faktor dinamisasi dan interaksi sosial
3.Interaksi antar suku bangsa dalam Masyarakat Majemuk
4.Revolusi nasional di tingkat lokal
5.Biografi tokoh lokal.
Taufik Abdullah (1992:239) menambahkan bahwa penulisan sejarah lokal begitu besar artinya dalam upaya pembahasan yang lebih detail tentang fenomena dan peristiwa nasional yang bersifat fragmentaris.
Sejarah lokal diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa kesadaran sebagai bangsa yang multibudaya, ditunjukan dengan pengakuan akan kelemahan masing-masing dengan membangun kesederajatan di antara kebhinekaan.
Bagi kepentingan sejarah nasional, sejarah lokal tidaklah bersifat antagonis, justru akan memberi kontribusi positif.
MenurutTaufik Abdullah (1990:243) sejarah lokal dengan pendekatan yang tidak bersifat involusi , yang hanya berkisar pada dirinya, makin memberi kemungkinan untuk merintis permasalahan baru dalam sejarah nasional.
Menurut Gde Widja, pentingnya Sejarah Lokal bagi keberlangsungan sebuah entitas budaya adalah berkaitan dengan transmisi nilai budaya. Sebuah pewarisan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan dasar pegangan bagi generasi-generasi berikutnya.
Nilai-nilai budaya ini biasanya melekat pada berbagai warisan sejarah (materiil maupun non materiil. (Gde Widja, 2002:21)
Dari pendapat para sejarawan di atas dapat disimpulkan pentingnya pembelajaran Sejarah Lokal bagi siswa, antara lain :
- Dalam Sejarah Lokal tersimpan kearifan lokal (local genius).
- Sebagai upaya pewarisan dan pengembangan nilai-nilai sosial budaya (character building) yang penting bagi keberlangsungan eksistensi masyarakat setempat.
- Sebagai sebuah strategi budaya untuk membekali siswa dengan perilaku adaptif-selektif ketika berhadapan dengan arus budaya global.
- Menumbuhkan kesadaran kebhinekaan dan toleransi budaya dalam entitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penulis : Tri Martana (Wakil Ketua I DPC Petanesia Blora)