Juang Merdeka Jateng – Salah satu ciri khas pembelajaran PKN adalah banyaknya materi aturan atau perundang-undangan sehingga secara alamiah mendorong guru untuk menerapkan metode hafalan. Menghafal dianggap yang paling praktis dan cepat untuk menyelesaikan beban materi pembelajaran yang sangat banyak.
Namun metode menghafal yang terlalu dominan akan mematikan dua potensi siswa, yaitu potensi afektif dan psikomotorik sisiwa. Metode menghafal hanya akan mendorong perkembangan potensi kognitif siswa. Siswa menjadi cerdas tetapi kurang mampu menunjukkan sikap sosial yang sesuai dengan nilai-nilaI yang berlaku di masyarakat. Gejala ini dapat mendorong terjadinya dekadensi moral dalam jangka panjang.
Untuk itu perlu diubah mind set pembelajaran PKN untuk mengedepankan perkembangan potensi afektif dan psikomotorik siswa. Pembelajaran PKN berbasis kontekstual merupakan sebuah tawaran untuk memperkaya pilihan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
Kontekstualisasi pembelajaran PKN
Kontekstualisasi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mendekatkan proses pembelajaran dengan kenyataan hidup sehari-hari. Kontekstualisasi mengarahkan siswa untuk mempunyai semacam soft skill ketika bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya. Ada tiga bagian pembelajaran yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual.
Pertama, penyusunan materi dan kompetensi pembelajaran yang dapat diarahkan dengan fakta-fakta sosial yang ada disekitar siswa. Misalnya ketika siswa mempelajari materi Konstitusi Negara maka siswa dapat diajak melihat bagaimana realitas penerapan pasal-pasal dalam konstitusi dengan kenyataan hidup sehari-hari. Selanjutanya siswa diarahakn untuk menemukan faktor-faktor penyebab mengapa misalnya aturan-aturan dalam konstitusi belum dapat dilaksanakan dengan baik di tengah masyarakat. Juga mendorong siswa untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan dalam memecahkan masalah tersebut.
Kedua, menciptakan proses pembelajaran yang melibatkan potensi afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran semacam ini dapat mengadopsi model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning). Didalamnya terdapat banyak pilihan model pembelajaran, misalnnya jig shaw, sosiodrama, diskusi kelompok, debat dan masih banyak lainnya.
Model-model pembelajaran diatas selain meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran juga mengajarkan ketrampilan sosial berupa kemampuan bertanya, menyampaikan pendapat dan menerima pendapat orang lain. Ketrampilan ini akan menumbuhkan sikap simpati, empati dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.
Ketiga, pemberian tugas diluar kegiatan pembelajaran sebagai tindak lanjut proses pembelajaran yang telah diselesaikan. Konsep-konsep social yang sudah dpahami siswa harus dapat dipraktekan dengan sikap dan perilaku yang nyata. Misalnya, ketika siswa mempelajari sila ke dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab yang didalamnya menjelaskan sikap simpati dan empati maka perlu ditindaklanjuti dengan sebuah pemberian tugas.
Salah satu pemberian tugas yang sesuai adalah siswa mengumpulkan santunan untuk disumbangkan pada beberapa warga miskin di sekitar sekolah. Dalam proses pengumpulan dan penyerahan bantuan itulah siswa akan mendapatkan pemahaman pentingnya kepedulian dan kesetiakawanan sosial. Sekecil apapun bantuan yang diberikan ternyata kalau dikumpulkan akan memberikan manfaat yang besar bagi orang-orang yang membutuhkan.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PKN sangat penting bagi perkembangan siswa. Siswa diarahkan mampu menempatkan diri dengan baik dalam proses sosialisas di masyarakat atau kelompok sosialnya. Siswa juga diarahkan untuk membiasakan peduli dengan keadaan sekitarnya.
Sebuah PR bagi para guru PKN untuk merefleksikan semua proses pembelajaran yang telah dilakukan. Metode menghafal memang perlu tetapi tidak untuk menjadi satu-satunya metode yang digunakan. Pendekatan pembelajaran PKN secara kontekstual sebuah tawaran yang perlu direnungkan.
Penulis : Mimik Iswari, S.Pd (Guru PPKn SMPN 1 Tunjungan)