Pengintegrasian Sejarah Lokal Blora dalam Pembelajaran

Advertisement

Blora – Blora mempunyai potensi sejarah lokal yang sangat besar. Bahkan beberapa diantaranya mempunyai sumbangsih yang besar bagi perkembangan keilmuan sejarah dan kepurbakalaan di level nasional dan internasional. Misalnya, penemuan fosil gajah Hisyudindricus yang merupakan satu-satunya fosil gajah  purba di dunia  yang ditemukan di daerah tropis dalam keadaan utuh. Juga fosil manusia purba dari goa Kidang, Homo Sapiens dari Ngandong yang sudah lama dimasukkan dalam materi IPS dalam sejarah nasional, Sejarah Sultan Demak ke 5 (Adipati Aryo Penangsang dari Jipang Panolan), gerakan Saminisme dan sejarah perminyakan, serta sejarah pengelolaan hutan jati. Belum lagi sejarah beberapa tokoh nasional yang pernah tingggal di Blora bahkan lahir di Blora misalnya : R.M. Tirto Adhi Suryo (Pahlawan Nasional dan Bapak Pers Nasional), Potjut Intan Merah (Pahlawan Nasional), Pramoedya Ananta Toer (Penulis Novel Kaliber Internasional). Belum lagi sejarah kebudayaan khas Blora seperti Barongan, Gas Desa, Tayub, Wayang Krucil dan Kentrung.

Potensi sejarah lokal yang luar biasa tersebut ternyata sebagian besar tidak diketahui oleh siswa . Tentu  ini cukup memrihatinkan dan patut untuk disayangkan. Rendahnya pengetahuan siswa pada sejarah lokalnya sendiri bukan hanya merugikan siswa itu sendiri tetapi juga bagi masyarakat tempat siswa tinggal serta eksistensi sejarah lokal itu sendiri dalam jangka panjang.

Integrasi dalam Pembelajaran

Rendahnya pengtahuan siswa terhadap sejarah lokalnya sendiri juga dapat menimbulkan rendahnya apresiasi siswa pada sejarah lokal. Rendahnya pengetahuan dan apresiasi siswa ini dapat berdampak pada ketiadaan pengetahuan pada sejarah masyarakatnya sendiri,  memutus mata rantai pewarisan nilai-nilai kearifan lokal  dan menghambat usaha meningkatkan kecintaan dan penghargaan pada sejarah dan budayanya sendiri. Pada intinya rendahnya pengetahuan dan apresiasi siswa terhadap sejarah lokalnya dapat membuat mereka menjadi asing terhadap masyarakatnya sendiri terutama dalam dimensi sejarah dan kebudayaannya.

Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan demikian sikap apresiatif siswa pada sejarah lokalnya juga dapat tertanam sedini mungkin. Diharapkan nantinya dengan modal pengetahuan yang cukup tentang sejarah lokalnya juga sikap apresiasi yang baik sejak dini, menjadikan mereka generasi yang sadar dan mencintai sejarahnya sebagai proses pewarisan nilai dan karakter budaya.

Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi siswa pada sejarah masyarakatnya sendiri yaitu sejarah lokal kabupaten Blora. Integrasi meliputi penyiapan materi sejarah lokal yang relevan, implementasinya sesuai dengan peraturan perundangan.

Sejarah lokal sebagai salah satu alat untuk menggali kearifan lokal mempunyai makna penting baik untuk kepentingan akademis maupun pembangunan masyarakat, terutama kepentingan masyarakat dalam mempelajari pengalaman masa lalu nenek moyangnya.  Sejarah local yang berfokus pada sejarah masyarakat di sekitar siswa berfungsi selain sebagai sarana mengenang masa lalu juga diikuti proses transformasi nilai-niali masa lalu pada generasi sekarang, berupa niali kearifan local. Nilai inilah yang sangat penting bagi pembentukan karakter atau character building siswa. Selain itu dalam konteks masyarakat Indonesia yang beragam atau multicultural maka pengetahuan tentang sejarah local juga berperan sebagai sarana untuk bersedia memahami bahwa masyarakat lain juga memiliki sejarah lokalnya sendiri dan nilai-nilai kearifan local yang berbeda. Jadi sejarah local dapat menguatkan kesadaran keberagaman atau multicultural hingga ke level sejarah lokalnya.

Tujuan pengajaran bukan sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value, bukan sekedar membelajarkan siswa menjadi cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Pengajaran sejarah selain bertujuan untuk mengembangkan keilmuan, juga mempunyai fungsi didaktis. Fungsi didaktis pengajaran sejarah telah dinyatakan secara implisit dan eksplisit, seperti yang dinyatakan Sartono Kartodirdjo (1992:252) “bahwa maksud pengajaran sejarah adalah agar generasi muda yang berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya”. Nilai didaktik pengetahuan sejarah dalam pendidikan masa kini, kecuali bertujuan membangkitkan kesadaran sejarah juga meningkatkan proses rasionalisasi serta melepaskan pikiran mitologis.

Idealnya pembelajaran sejarah selalu berangkat dari masalah dan fenomena-fenomena lokal, agar siswa mempunyai perasaan memiliki dan membutuhkan pelajaran yang mereka terima. Pendidikan sejarah lokal mempunyai peran besar dalam upaya menghadirkan peristiwa kesejarahan yang dekat pada siswa. Sifat elastisitas sejarah lokal mampu menghadirkan berbagai fenomena, baik berkaitan tentang latar belakang keluarga (family history), sejarah sosial dalam lingkup lokal, peranan pahlawan lokal dalam perjuangan lokal maupun nasional, kebudayaan lokal, asalusul suatu etnis, dan berbagai peristiwa yang terjadi pada tingkat lokal. Siswa akan diajak memahami kenyataan sejarah mulai dari yang terkecil, hingga dalam bingkai nasional, dan global.

Kejenuhan manusia terhadap ideologi global menyebabkan manusia mencoba untuk mencari keunikan-keunikan yang bersifat natural. Dalam konteks budaya, orang mulai kembali ke masa lalu. Orang mulai mencari nilai-nilai lokalitas yang bermakna dan orig-nal. Nilai-nilai lokal ini lah yang kemudian disebut dengan kearifan lokal. Kearifan lo-kal sebagai suatu pandangan hidup, dapat muncul sebagai suatu resistensi terhadap ideologi global. Individu atau masyarakat mencoba mencari kembali identitas dirinya sendiri. Sehingga orang sudah banyak men-cari ikon-ikon kelokalan.

Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokali-tas tertentu. Dalam perspektif historiografi, kearifan lokal dapat membentuk suatu sejarah lokal. Sebab kajian sejarah lokal yaitu studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighbourhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan (I Gde Wijda, 1991: 15).

Pendidikan sejarah berperan penting dalam internalisasi dan pembangunan kesadaran keberagaman. Taufik Abdullah (1992:239) menegaskan bahwa penulisan sejarah lokal begitu besar artinya dalam upaya pembahasan yang lebih detail tentang fenomena dan peristiwa nasional yang bersifat berkeping. Sejarah lokal diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa kesadaran sebagai bangsa yang multi budaya, ditunjukkan dengan pengakuan akan kelemahan masing-masing dengan membangun kesederajatan di antara kebinekaan.

 

Penulis  : Tri Martana, SS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *